BAB II
BIMBINGAN BAGI SISWA YANG LAMBAT BELAJAR
A.
PENGERTIAN
SISWA YANG LAMBAT BELAJAR
Individu yang lambat belajar pada
hakikatnya merupakan individu yang memiliki intelegensi di bawah normal. Fransley dan R.Gulliford
mendefinisikan murid lambat belajar karena murid-murid kemampuan atau
kondisi-kondisi yang lain yang terbatas yang mengakibatkan keterlambatan pendidikan,
memerlukan bentuk pendidikan kusus ,keseluruhan
atau sebagian bersama dengan yang diberikan pada sekolah-sekolah. Teman
berkait dengan anak lambat belajar membuat suatu klasifikasi bahwa IQ anak
lambat belajar berkisar 70 sampai 90. Murid seperti ini tidak di golongkan
sebagai murid yang memiliki keterlambatan mental, karena dia dapat mencapai
hsil belajar yang cukup memadai kendatipun pada tingkat yang lebih rendah dari
pada murid-murid yang memiliki kemampuan normal atau sedang.
Murid lambat belajar bisa mengikuti
pembelajaran sebagaimana kelas reguler biasa (tanpa harus memerlukan adanya
peralatan yang khusus), hanya program belajarnya mungkin agak sedikit
disesuaikan , terutama berkaitan dengan
metode dan rentang waktunya. Masalah pokok yang dialami murid-murid yang lambat
belajar adalah keterlambatan dalam belajar akibat dari keterbatasan kemampuan
yang dimilikinya. Penyesuaian diri menjadi masalah akibat keadaan emosi yang
kurang terkendali sehingga sering terjadi perselisihan dengan teman-temannya.
Anak
lamban belajar adalah anak yang mengalami hambatan atau keterlambatan dalam
perkembangan mental (fungsi intelektual di bawah teman-teman seusianya)
disertai ketidakmampuan/kekurangmampuan untuk belajar dan untuk menyesuaikan
diri sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Masalah-masalah yang mungkin bisa jadi penyebab anak lamban belajar antara lain
karena masalah konsentrasi, daya ingat yang lemah, kognisi, serta masalah
social dan emosional.
B.
KEBUTUHAN
DAN KARAKTERISTIK SISWA LAMBAT BELAJAR
Analisis kebutuhan serta
permasalahan perkembangan yang mungkin muncul sebagai upaya perkembangan model
program pendidikan yang kondusif perlu dilakukan dengan bagi yang memahami
berbagai aspek yang ada pada individu (siswa) , yaitu :
1.
Perkembangan
fisik
2.
Perkembangan
kognitif
3.
Perkembangan
emosi
4.
Perkembangan
sosial
Kalau dilihat dari karakteristis
anak yang lamban belajar yaitu;
1. Rata-rata prestasi belajarnya kurang
dari 6,
2. Dalam menyelesaikan tugas-tugas
akademik sering terlambat dibandingkan teman-teman seusianya,
3. Daya tangkap terhadap pelajaran
lambat,
4. Pernah tidak naik kelas.
C.
IDENTIFIKASI
SISWA YANG LAMBAT BELAJAR
Siswa lambat belajar perlu
diidentifikasikan secara lebih mendalam dan menyeluruh.identifikasi secara
mendalam dan menyeluruh akan memungkinkan guru di dalam menyusun program
bantuan dan layanan bimbingan secara tepat sehingga mencapai hasil yang
optimal.
Identifikasi siswa lambat belajar antara lain meliputi :
1.
Penilaian
pendidikan :
a.
Prestasi
belajar siswa dalam mata pelajaran-pelajaran dasar dan kesulitan-kesulitan yang dialami
b.
Tingkat
perkembangan bahasa dan pembicaraan siswa
c.
Sikap
sosial dan emosial siswa di dalam dan di luar sekolah
d.
Minat
dan sikap terhadap sekolah
e.
Riwayat
pendidikan sebelumnya meliputi perubahan-perubahan sekolah dan kehadiran
f.
Minat
dan latar belakang pengetahuan siswa
2.
Pemeriksaan
kesehatan yang meliputi keadaan kesehatan pada umumnya penyakit yang pernah di
derita,penglihatan,pendengaran, hidung,dan sistem syaraf.
3.
Pemeriksaan
psikologi yang meliputi kualitas berfikir,kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan intelektual,sikap serta sifat-sifat pribadi lainnya
4.
Pengungkapan
taraf perkembangan sosial siswa seperti suasana emosional kesulitan-kesulitan
yang dialami yang berpengaruh terhadap kemampuan belajar siswa
D.
PENYELENGGARAAN
BIMBINGAN BAGI SISWA LAMBAT BELAJAR
Siswa lambat belajar dapat di didik
bersama dengan siswa norma , namun mereka tidak dapat diharapkan dapat mencapai
hasil belajar sebagaimana siswa yang normal. Mereka kurang dapat berikir secara
abstrak oleh karena itu bimbingan kepada mereka harus berkaitan dengan
pengalaman nyata.
Bentuk bimbingan yang dapat
diberikan kepada siswa lambat belajar antara lain :
1.
Menyediakan
kesempatan belajar bagi siswa sesuai dengan tingkat kemampuannya.
2.
Membantu
siswa menerima serta menyesuaikan mental yang ingin dimilikinya.
3.
Melatih
siswa melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya.
4.
Mendorong
siswa mengembangkan sikap-sikap kontruktif terhadap kegiatan kegiatan ke
rumahtangganan,sosial serta kewarganegaraan
E.
TEHNIK
BIMBINGAN BAGI SISWA YANG LAMBAT BELAJAR
Program Layanan
Bimbingan Konseling yang dikembangkan bagi siswa lambat belajar mengacu pada
keadaan individu sebagai manusia seutuhnya sehingga menyentuh semua dimensi
perkembangan kepribadian secara utuh.
Tehnik yang
dimaksudkan untuk menangani siswa tersebut akan mengarah pada unsur-unsur yang
berhubungan dengan :
1.
Pengembangan
ranah kognitif/intelektual
Pada
pemgembangan ini guru diharapkan menyediakan rentangan pengalaman belajar yang
luas serta dapat diamati atau nyata. Pengelolahan bahan dan tugas ajar secara
khusus yang di dasarkan pada kurikulum yang ada merupakan hal yang harus
dilakukan guru dalam memberikan pelayanan optimal bagi siswa lambat belajar
2.
Pengembangan
ranah afektif
Pembimbing
diharapkan memahami pikiran dan harapan anak yang ada pada dirinya serta
kemungkinan pemenuhannya di dalam sikap kehidupan berkelompok
3.
Pengembangan
ranah fisik
Pembimbing
diharapkan memberikan layanan yang dapat memberikan kemungkinan siswa memperoleh
pengalaman memadukan pola perkembangan berikir dengan perkembangannya dan
memberikan peran-peran yang sesuai di dalam kelompoknya.
4.
Pengembangan
ranah intuitif
Fungsi
intuitif merupakan fungsi yang terlibat di dalam pemunculan wawasan dan
tindakan kreatif. Mengingat fungsinya itu, maka layanan bagi siswa yang lambat
belajar perlu memperdulikan pengembangan pengalaman yang mendorong dia untuk
berimajenasi dan berkreasi (dalam tingkat yang sederhana)
5.
Pengembangan
ranah masyarakat
Pemberian
layanan dapat dilakukan dengan membantu siswa
memperoleh pengalaman mengembangkan diri menjadi anggota kelompok,serta
mampu berpartisipasi dalam proses kelompok memperluas perasaan keanggotaan
masyarakat. Memperluas identifikasi diri dari masyarakat terbatas ke arah
identifikasi terhadap masyarakat luas. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan
merancang kegiatan-kegiatan kelompok khusus.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Keterlambatan siswa diseba Bimbingan
dan Konseling oleh beberapa faktor, faktor pribadi yang bersumber dari diri
sendiri yang malas dan tidak disiplin, faktor keluarga: misalnya disuruh orang
tua untuk mengantarkan ke pasar atau ke rumah sakit, dan lingkungan juga sangat
mempengaruhi. Kerjasama untuk menghasilkan sebuah kedisiplinan antara diri
sendiri (siswa). Keluarga dan lingkungan memegang peranan penting. Siswa yang
terlambat tentunya tidak dapat dibiarkan begitu saja, meminta tanda tangan
kepada wali kelas dan surat izin masuk kepada kepala sekolah sebagai hukuman
tidak akan membuat mereka bosan untuk terlambat. Begitu pula dengan susu
gratis, jalan di tempat atau menulis surat pendek dari Al-Quran. Namun hukuman
di atas ialah salah satu usaha meminimalisir angka keterlambatan tiap harinya.
Lalu, hukuman seperti apa yang dapat membuat siswa jera dan tidak terlambat
lagi? Semoga cara ini bisa membantu, dan termasuk hukuman yang mendidik.
DAFTAR PUSTAKA
Amti
, Erman. Dan Marjohan (1991/1992) , bimbingan dan konseling.
Jakarta:Dirgen
Dikti-Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, Depdikbud
Fransley,A.E
and R.Guilford (1971) , The Edication of Slow Learning Children.London:
Roudledge & Kegan Paul
Kartadinata,
Sunaryo (1997) , Pendidikan untuk Pengembangan SDM bermutu. Makalah Konvensi
bersama Divisi-divisi IPBI (IPKON, IGPI, ISKIN, IIBKIN). Purworkerto. 11-14
Desember 1997
Kirk
, Samuel A (1962) , Educational Exceptional Children. Boston : Hougton Mifflin
Company
Loekmono,J.T
Lobby (1997), Arah Pengembangan Profesional Bimbingan dan konseling abad XXI.
Makalah Konvensi bersama Divisi-divisi IPBI (IPKON,IGPI,ISKIN,IIKIN).
Purwokerto, 11-14 Desember 1997
Prayitno
dan Erman Amti (1994). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Proyek
Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan, Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Rahman,
Hibana S (2003) Bimbingan dan Konseling Pola 17. Yogyakarta : UCY Press
Shertzer,
Bruce, and Stone, Shelley C, (1981) , “The school Conselor”.
Fundamentals
of Guidance. Fourth Edition. Boston : Houghton Miffilin Company
Sutrisno,
L (1995) , Remediasi Kesulitan Belajar : Salah Satu pendamping usaha
memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia , Suara Almamater No 1 Tahun XII, 1 ,
Untan, Pontianak
Wimbarti,
Supra (1997), Sensitivitas Bimbingan dan Konseling dalam Pengembangan SDM
bermutu. Makalah Konvensi bersama Divisi-Divisi IPBI (IPKON, IGPI, ISKIN ,
IIBKIN). Purwokerto. 11-14 Desember 1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar