Minggu, 31 Maret 2013

BIMBINGAN BAGI SISWA YANG LAMBAT BELAJAR


BAB II
BIMBINGAN BAGI SISWA YANG LAMBAT BELAJAR

A.    PENGERTIAN SISWA YANG LAMBAT BELAJAR

Individu yang lambat belajar pada hakikatnya merupakan individu yang memiliki intelegensi  di bawah normal. Fransley dan R.Gulliford mendefinisikan murid lambat belajar karena murid-murid kemampuan atau kondisi-kondisi yang lain yang terbatas yang mengakibatkan keterlambatan pendidikan, memerlukan bentuk pendidikan kusus ,keseluruhan  atau sebagian bersama dengan yang diberikan pada sekolah-sekolah. Teman berkait dengan anak lambat belajar membuat suatu klasifikasi bahwa IQ anak lambat belajar berkisar 70 sampai 90. Murid seperti ini tidak di golongkan sebagai murid yang memiliki keterlambatan mental, karena dia dapat mencapai hsil belajar yang cukup memadai kendatipun pada tingkat yang lebih rendah dari pada murid-murid yang memiliki kemampuan normal atau sedang.
Murid lambat belajar bisa mengikuti pembelajaran sebagaimana kelas reguler biasa (tanpa harus memerlukan adanya peralatan yang khusus), hanya program belajarnya mungkin agak sedikit disesuaikan  , terutama berkaitan dengan metode dan rentang waktunya. Masalah pokok yang dialami murid-murid yang lambat belajar adalah keterlambatan dalam belajar akibat dari keterbatasan kemampuan yang dimilikinya. Penyesuaian diri menjadi masalah akibat keadaan emosi yang kurang terkendali sehingga sering terjadi perselisihan dengan teman-temannya.
Anak lamban belajar adalah anak yang mengalami hambatan atau keterlambatan dalam perkembangan mental (fungsi intelektual di bawah teman-teman seusianya) disertai ketidakmampuan/kekurangmampuan untuk belajar dan untuk menyesuaikan diri sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Masalah-masalah yang mungkin bisa jadi penyebab anak lamban belajar antara lain karena masalah konsentrasi, daya ingat yang lemah, kognisi, serta masalah social dan emosional.

B.     KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK SISWA LAMBAT BELAJAR

Analisis kebutuhan serta permasalahan perkembangan yang mungkin muncul sebagai upaya perkembangan model program pendidikan yang kondusif perlu dilakukan dengan bagi yang memahami berbagai aspek yang ada pada individu (siswa) , yaitu :
1.    Perkembangan fisik
2.    Perkembangan kognitif
3.    Perkembangan emosi
4.    Perkembangan sosial
Kalau dilihat dari karakteristis anak yang lamban belajar yaitu;
1.      Rata-rata prestasi belajarnya kurang dari 6,
2.      Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan teman-teman seusianya,
3.      Daya tangkap terhadap pelajaran lambat,
4.      Pernah tidak naik kelas.

C.     IDENTIFIKASI SISWA YANG LAMBAT BELAJAR
Siswa lambat belajar perlu diidentifikasikan secara lebih mendalam dan menyeluruh.identifikasi secara mendalam dan menyeluruh akan memungkinkan guru di dalam menyusun program bantuan dan layanan bimbingan secara tepat sehingga mencapai hasil yang optimal.
Identifikasi siswa lambat belajar antara lain meliputi :
1.         Penilaian pendidikan :
a.         Prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran-pelajaran dasar dan  kesulitan-kesulitan yang dialami
b.        Tingkat perkembangan bahasa dan pembicaraan siswa
c.         Sikap sosial dan emosial siswa di dalam dan di luar sekolah
d.        Minat dan sikap terhadap sekolah
e.         Riwayat pendidikan sebelumnya meliputi perubahan-perubahan sekolah dan kehadiran
f.         Minat dan latar belakang pengetahuan siswa
2.      Pemeriksaan kesehatan yang meliputi keadaan kesehatan pada umumnya penyakit yang pernah di derita,penglihatan,pendengaran, hidung,dan sistem syaraf.
3.      Pemeriksaan psikologi yang meliputi kualitas berfikir,kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan intelektual,sikap serta sifat-sifat pribadi lainnya
4.      Pengungkapan taraf perkembangan sosial siswa seperti suasana emosional kesulitan-kesulitan yang dialami yang berpengaruh terhadap kemampuan belajar siswa

D.    PENYELENGGARAAN BIMBINGAN BAGI SISWA LAMBAT BELAJAR
Siswa lambat belajar dapat di didik bersama dengan siswa norma , namun mereka tidak dapat diharapkan dapat mencapai hasil belajar sebagaimana siswa yang normal. Mereka kurang dapat berikir secara abstrak oleh karena itu bimbingan kepada mereka harus berkaitan dengan pengalaman nyata.
Bentuk bimbingan yang dapat diberikan kepada siswa lambat belajar antara lain :
1.    Menyediakan kesempatan belajar bagi siswa sesuai dengan tingkat kemampuannya.
2.    Membantu siswa menerima serta menyesuaikan mental yang ingin dimilikinya.
3.    Melatih siswa melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya.
4.    Mendorong siswa mengembangkan sikap-sikap kontruktif terhadap kegiatan kegiatan ke rumahtangganan,sosial serta kewarganegaraan

E.     TEHNIK BIMBINGAN BAGI SISWA YANG LAMBAT BELAJAR
Program Layanan Bimbingan Konseling yang dikembangkan bagi siswa lambat belajar mengacu pada keadaan individu sebagai manusia seutuhnya sehingga menyentuh semua dimensi perkembangan kepribadian secara utuh.
Tehnik yang dimaksudkan untuk menangani siswa tersebut akan mengarah pada unsur-unsur yang berhubungan dengan :
1.    Pengembangan ranah kognitif/intelektual
Pada pemgembangan ini guru diharapkan menyediakan rentangan pengalaman belajar yang luas serta dapat diamati atau nyata. Pengelolahan bahan dan tugas ajar secara khusus yang di dasarkan pada kurikulum yang ada merupakan hal yang harus dilakukan guru dalam memberikan pelayanan optimal bagi siswa lambat belajar
2.    Pengembangan ranah afektif
Pembimbing diharapkan memahami pikiran dan harapan anak yang ada pada dirinya serta kemungkinan pemenuhannya di dalam sikap kehidupan berkelompok

3.    Pengembangan ranah fisik
Pembimbing diharapkan memberikan layanan yang dapat memberikan kemungkinan siswa memperoleh pengalaman memadukan pola perkembangan berikir dengan perkembangannya dan memberikan peran-peran yang sesuai di dalam kelompoknya.
4.    Pengembangan ranah intuitif
Fungsi intuitif merupakan fungsi yang terlibat di dalam pemunculan wawasan dan tindakan kreatif. Mengingat fungsinya itu, maka layanan bagi siswa yang lambat belajar perlu memperdulikan pengembangan pengalaman yang mendorong dia untuk berimajenasi dan berkreasi (dalam tingkat yang sederhana)

5.    Pengembangan ranah masyarakat
Pemberian layanan dapat dilakukan dengan membantu siswa  memperoleh pengalaman mengembangkan diri menjadi anggota kelompok,serta mampu berpartisipasi dalam proses kelompok memperluas perasaan keanggotaan masyarakat. Memperluas identifikasi diri dari masyarakat terbatas ke arah identifikasi terhadap masyarakat luas. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan merancang kegiatan-kegiatan kelompok khusus.






BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN

Keterlambatan siswa diseba Bimbingan dan Konseling oleh beberapa faktor, faktor pribadi yang bersumber dari diri sendiri yang malas dan tidak disiplin, faktor keluarga: misalnya disuruh orang tua untuk mengantarkan ke pasar atau ke rumah sakit, dan lingkungan juga sangat mempengaruhi. Kerjasama untuk menghasilkan sebuah kedisiplinan antara diri sendiri (siswa). Keluarga dan lingkungan memegang peranan penting. Siswa yang terlambat tentunya tidak dapat dibiarkan begitu saja, meminta tanda tangan kepada wali kelas dan surat izin masuk kepada kepala sekolah sebagai hukuman tidak akan membuat mereka bosan untuk terlambat. Begitu pula dengan susu gratis, jalan di tempat atau menulis surat pendek dari Al-Quran. Namun hukuman di atas ialah salah satu usaha meminimalisir angka keterlambatan tiap harinya. Lalu, hukuman seperti apa yang dapat membuat siswa jera dan tidak terlambat lagi? Semoga cara ini bisa membantu, dan termasuk hukuman yang mendidik.










DAFTAR PUSTAKA

Amti , Erman. Dan Marjohan (1991/1992) , bimbingan dan konseling.
Jakarta:Dirgen Dikti-Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, Depdikbud
Fransley,A.E and R.Guilford (1971) , The Edication of Slow Learning Children.London: Roudledge & Kegan Paul
Kartadinata, Sunaryo (1997) , Pendidikan untuk Pengembangan SDM bermutu. Makalah Konvensi bersama Divisi-divisi IPBI (IPKON, IGPI, ISKIN, IIBKIN). Purworkerto. 11-14 Desember 1997
Kirk , Samuel A (1962) , Educational Exceptional Children. Boston : Hougton Mifflin Company
Loekmono,J.T Lobby (1997), Arah Pengembangan Profesional Bimbingan dan konseling abad XXI. Makalah Konvensi bersama Divisi-divisi IPBI (IPKON,IGPI,ISKIN,IIKIN). Purwokerto, 11-14 Desember 1997
Prayitno dan Erman Amti (1994). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Rahman, Hibana S (2003) Bimbingan dan Konseling Pola 17. Yogyakarta : UCY Press
Shertzer, Bruce, and Stone, Shelley C, (1981) , “The school Conselor”.
Fundamentals of Guidance. Fourth Edition. Boston : Houghton Miffilin Company
Sutrisno, L (1995) , Remediasi Kesulitan Belajar : Salah Satu pendamping usaha memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia , Suara Almamater No 1 Tahun XII, 1 , Untan, Pontianak
Wimbarti, Supra (1997), Sensitivitas Bimbingan dan Konseling dalam Pengembangan SDM bermutu. Makalah Konvensi bersama Divisi-Divisi IPBI (IPKON, IGPI, ISKIN , IIBKIN). Purwokerto. 11-14 Desember 1997.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar